MAHALNYA SEBUAH DEMOKRASI

(oleh : porwanto )

Aktivis gerakan muda progresif

Pemerintahan dari untuk dan oleh rakyat merupakan sebuah kata yang selalu menjadi senjata ampuh untuk bagi para elit bangsa ini dalam mengutamakan sebuah perjuangan kepentingan yang dilakukanya. Kata-kata ini menjadi hadis yang susah untuk di patahkan.
Bagi rakyat umum demokrasi hanya di pandang adalah sebuah hak untuk memperoleh kebebasan dalam segalah bentuk kehidupan. Sehingga tidak jarang masyarakat juga menggunakan alibi yang sama dalam membelah hak yang telah ditindas. Dalam kenyataannya demokrasi yang di jadikan pujaan sebagai dewa penyelamat oleh Negara-negara barat. Tapi hal itu tidak berlaku bagi bangsa Indonesia, apalagi harus dimaknai sebagai dewa penyelamat bangsa. Kata-kata demikian sangat menggelikan telinga.
Pemilu merupakan sebuah kaki yang menyokong berdirinya sebuah demokrasi.
Tapi mimpi indah itu tidak bisa diwujudkan dinegeri ibu pertiwi ini. Berapa mahal bangsa ini harus mencicil haraga sebuah demokrasi yang ditawarkan oleh Negara barat.
Beberapa tayangan pahit telah kita saksiskan betapa mahalnya demokrasi dibayar oleh masyarakat Indonesia. Sematera utara misalnya telah mencicil harga demokrasi dengan hilangnya nyawa ketua dewan perwakilan rakyatnya dalam mempertahankan amukan masa yang berjuang untuk pemekaran wilayah. Beberapa tayangan menarik juga dan ini sudah menjadi tradisi adalah pemilihan langsung setiap pergantian kepalah daerah, wakilo rakyat dan termasuk juga presiden. Kalkulasi dana yang dikeluarkan untuk mengganti seorang kepala daerah saja mencapai ratusan juta bahkan miliyaran. Terkadang juga triliunan pun bisa habis juga. Dana yang besar itu diambil dari persa keringat banting tulang rakayat. Misalnya untuk pemilihan seorang kepala daerah yang baru dana yang besar itu diambil dari anggaran pendapatan daerah. Dana anggaran pendapatan daerah ini iperoelh dari salah satunya adalah menarik pajak dari masyarakat. Coba seandainya dana sebesar miliyaran dan triliunan tersebut digunakan untuk keperluan masyarakat dan rakyat. Ambil hitungan kecil-kecilan alokasi dana seratus juta dana yang dikeluarkan untuk keperluan pemilihan wali kota atau bupati. Dalam pemilihan ini biasanya dana sebesar seratus juta ini akan habis dan bisa jadi berkurang dalam menyelenggarakan pemilihan umum ini. Dalam waktu bersamaan misalnya dana sebesar sertus juta tadi di berikan kepada seratus orang pakir miskin dan yatim piatu. Itu Cuma seratu juta yang dikeluarkan bagaimana kalau lebih maka berapa banyak masyarkat Indonesia bisa melaksungkan hidupnya dengan wajar.
Kalau kita mau catat itu hanya bilangan dana yang dikeluarkan untuk pemilihan. Saya sempat berpikir bagaiana dengan pengalokasian dana-dana yang lain. Misalnya saja kita mabil contoh lagi misalnya gaji seorang pejabat public dopotongan sebesar 20% satiap pejabat. Kalau gaji satu orang anggota para wakil rakyat atau DPR kota saja mencapai 12 jutaan lebih dalam satu bulan lalu bagaimana dengan gaji dewan tingkat propinsi yang bisa mencapai 30 juta an dan bagaimana pula dengan gaji dewan pusat yang bisa mencapai 80an juta labih. Dan kesemuanya itu dikalikan dengan berapa banyak anggota dewan yang ada di ripublik ini. Itu baru anggota para legislative lantas bagaimana dengan kepalah daerah yang lain sperti gubernur, walikota atau bupati yang gaji perbulannya bisa dipastikan seratus jutaan ditambah dengan embel-embel tunjangan yang begitu banyaknya sampai masuk kamar mandi pun ada tunjangannya. Kesemuanya itu dipotong sebesar 20% maka ke 34 gubernur saja sudah berapa ditambah lagi dengan walikota atau bupati yang mencapai seratus orang lebih. Maka berpakah nilai uang itu.
Mungkin Negara ini bisa lebih bisa lebih kaya daripada Negara lainya bisa jadi kita bisa lebih, dari Negara AS, jepang, inggris atau pun nagara-negara lain didunia ini sekalipun. Tapi sayangnya kita semua tidak tau kapan semua itu bisa terwujud.
Bangsa ini terjajah dengan oleh para elit bangsa ini sendiri. Rakyat sudah digadaikan oleh para pemimpin bangsa ini, dan ironisnya mereka dipilih oleh kita juga, berari kita selama ini telah memilih orang yang akan mengahancurkan hidup kita sendiri. Jadi untuk kdepanya kita harus benar-benar mikir panjang untuk memilih atau tidaknya pemimpin kita. Dalam sebuah esai yang dikumpulkan oleh seorang tokoh bangsa ini pernah menyatakan bahwa sebenarnya kita ini perlu gak adanya presiden? Menurut saya kayaknya kata-kata itu perlu diketahui oleh bseluruh masyarakat bangsa ini.kalau misalnya keadaan kita msaih saja seperti ini artinya tidak ada perubahan pada sistem struktur sosial yang terjadi pada Negara ini.
Karena terasa percuma dan sia-sia partisipasi yang kita lakukan jika perjungan kita dalam memenangkan mereka pada kompetisi pilkada atau pemilu ternyata malah mereka sendiri yang akan menyusahkan kita. Ripublik ini akan selalu menjadi sebuah impian yang hanya membawa kita pada mahluk yang selalu berada pada lingkaran kekajaman dan penindasan dari para pemimpin dan orang-orang yang mepunyai jiwa sense social yang tinggi.
Rakyat ini merindukan pemimpin-pemimpin yang penuh kasih saying dan jauh dari ketamakan dan kerakusan. Nagara ini mungkin menuggu orang-orang yang berjiwa seperti ahmad dannjad, evo murales.fidel castro mereka merupakan mahluk-mahluk modern yang berjiwa besar dan anti dengan sebuah kemewahan diatas penderitaan rakyatnya.
Kegelisahan dan kemiskinan rakyat seolah hanya menjadi sebuah penyaikit jenis panu dikulit bagi pemerintahan. Sewaktu-waktu penyakit ini akan tersa gatal, begitu juga dengan kemiskinan ketika masyarakat mersakan tekanan dari kemiskinan maka pemerintah akan segarah memberikan obat oles untuk menghilangkan rasa gatal ini. dan hebatnya pula penyakit kemiskinan persis dikatakan panu karena ketika rasa gatal terasa bisa di olesi. Dan yang lebih hebat lagi ketika penyakit ini tidak menarik dipandang dilihat maka penyakit ini bisa ditutup dengan menggunakan baju tertutup atau baju yang berlengan panjang.
Kebebasan adalah sebuah kenistaan yang telah menjadi darah daging bagi masyarakat nusantara ini, tapi inilah belanja kita untuk membeli arti sebuah demokrasi maka kita harus rela untuk mengorbankan semuanya. Pahalwan negeri ini telah mewariskan gotong royong yang begitu indah. Musyawarah adalah cirri utama bangsa ini. demokrasi telah memperkosa semua itu. Pemilu yang menyisikan perpecahan antara suku,kelompok, golongan, agama bahkan keluaraga. Jika hari ini mereka mengatakan bahwa demokrasi telah membawa kemajuan bagi nusantara ini lantas kemjauan dalam bentuk apa?
Bisa jadi kemajuan itu adalah menimbulkan Jurang pemisah antara sikaya dengan si miskin semakin mengelombang tinggi. Pejabat Negara atau pun daerah semakin menumpukkan harta kekayaan. Dengan perutnya yang semakin buncit dia simpan kekayaan bangsa ini. gaji yang besar dirasakan sebuah kekurangan dengan dalih balas jasa yang telah mereka berikan terhadap bangsa. Tapi bagaimana dengan rakyat kita yang lain. Setiap hari puluhan ribu masyarakat indonsia harus mengais sampah-sampah untuk makan setiap harinya. Anak-anak berkeliaran dipersimpangan lampu merah sambil menadahkan tangan untuk mendapatkan balas kasian dari orang lain.
Kata mutiara tentang indahnya demokrasi tak pernah hening di digaungkan oleh-oleh elit-elit bangsa ini. bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar bangsa yang lahir dari rahim perjuangan para pejuang, kemerdekaan yang telah menghabiskan dan memberikan pengorbanan yang besar. Kemerdekaan bangsa ini bukan berkat meminta-minta atau mengemis kepada penjajah. Darah dan nayawa telah mengalir dalam langkah pertempuran untuk merebutkan kemerdekaan bangsa ini. dalam kondisi yang sulit perlawanan tetap digulirkan oleh pahlawan bangsa ini, hanya mereka yang berjiwa besar dan berhati tulus tetap bertahan pada perjuangan merebutkab kemerdekaan bangsa ini.
Negara ini adalah Negara yang kaya dengan segalah macam pernak pernik bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Budaya yang bercorak telah memberikan cirri tersendiri bagi bangsa ini. bahasa khas yang banyak telah membuktikan akan kaya bangsa ini. aku teringat ketika seorang penyayi koes plus melontarkan lantunan nada indahnya tentang ripublik ini. “bukan lautan tapi kolam susu, kayu batu jadi tanaman” satu bait kalimat itu begitu indah dan merenyuh. Kita adalah salah satu bangsa yang bisa menanam banyak jenis tanaman pertanian.
Mungkin semua orang mengakui akan itu semua, tapi alangkah sangat ironisnya jika hal itu tidak diketahui oleh orang-orang bangsa ini. yang ngakunya orang dilahirkan dan dibesarkan di nusantara ini.
Lalu bagimana dengan kondisi bangsa ini yang telah kehilangan jati diri ini, semua ciri khas kekayaan bangsa ini telah hilang dari permukaan. Bangsa kita hanya mampu untuk mengagung-agungkan kehebatan bangsa lain, lantas kapan kita akan merasa bangga memilki nusantara ini.inilah kondisi bangsa ini yang lagi terjajah dengan kemajuan zaman. pada satu abad yang silam kita dijajah dengan bangsa inggris, belanda dan jepang. Betapa berat penderitaan rakyat kita harus bertubi-tubi dijajah selama tiga abad oleh belanda yang akhirnya dijajah juga oleh jepang. Tapi bangsa kita berusaha untuk selalu bangkit dari keterpurukan. Tapi hari ini Indonesia dijajah oleh banyak bangsa semua bebas untuk merampas kekayaan bangsa ini. siapa saja datang tidak mempunyai resiko apapun untuk mengambil dan mencuri kekayaan bangsa ini.
Yang lebih aneh lagi adalah ketika aku sadar dan berpikir bahwa sesungguhnya penjajah yang paling berat dihadapi oleh bangsa ini adalah penjajah dari ripublik ini sendiri. Bangsa kita telah dijajah oleh Negara kita sendiri.
Pemilu juga telah memupuk sifat ketamakan para pejabat nagara untuk mereup keuntungan yang banyak. Dimana produk hukum yang dibuat hanya sebuah alat yang memperlancar para elit-elit untuk menumpuk dan mempertahankan posisi dan kedudukan mereka agar sulit untuk di robohkan. Lain dari itu juga kekuasaan yang dipangku juga dijadikan sebagai sebbuah instrument politik untuk memenuhi rasa ketamakan para elit-elit Negara ini. tidak heran jika saya melihat seorang gubernur di salah satu propinsi di pulau sumatera yang memiliki tanah dan kebun sawit ratusan hectare bahkan lebih. Begitu juga dengan beberapa walikota atau kepala daerah mempunyai sifat sama tamaknya, contoh kasus misalnya di kota temapat tinggal saya dimana tanah-tanah milik rakyat habis dijual dengan walikotanya sendiri. Dan yang lebih membuta gerah lagi ketika si kepalah daerah mengeluarkan sebuah kebijakan pembangunan maka sangat terlihat jelas arah dan tujuan kebijakan pembangunan lebih bersifat menguntungkan mereka. Ketika seorang membeli tanah yang luas maka didaerah pelosok atau jauh dari jalan lintas, maka tidak lama pasti akan sebuah kebijakan pembangunan sebuah jalan dengan dalih jalan itu untuk kepentingan masyarakat setempat.
Padahal sebenarnya semua kebijakan yang dikeluarkan itu hanyala semu saja yang mengatas namakan bahwa itu permintaan dari masyarakat. Maka disinilah kita akan meyaksiskan bahwa kursi jabatan strategis sebuah pemerintahan itu sangat subur sekali untuk menumpuk kekayaan. Dan sangat tidak heran jika pemilu 2009 yang lalu semua orang berebut untuk menjadi calon legislative, karena memang untuk Negara-negara yang sedang berkembang seperti ripublik ini salah satu pekerjaan yang sangat menjanjikan adalah kursi dipemerintahan. Berapa banyak masyarakat Negara ini berebut untuk menjadi anggota parlemen walaupun mereka harus mengeluarkan dan membayar mahal demi untuk mendapatkan semua itu. Contoh lain juga misalnya untuk CPNS berapa banyak rakyat Indonesia sangat mempunyai dan berkeinginan untuk lulus, walaupun harus mebayar sejumlah uang ratusan juta sekalipun. Pada kenyataanya proses demikian sudah menjadi sebuah rahasia umum dan yang lebih aneh lagi ketika dil-dil itu terjadi aparat pemerintahan tak mampu untuk mengungkap kasus itu.
Betapa hancurnya negeri ini saat-saat ke proses KKN (korupsi, kolusi dan nepotesme) telah menjadi sebuah bagian struktur dan culture masyarakat kita. Hal demikian telah mendarah daging dari kalangan gressroor sampai ke elit Negara. Dari anak-anak sampai ke jumpo-jumpo tua. Praktikum demikian ini telah dibudidayakan hingga tidak bisa dilihat apakah ini sebuah kebiasaan baik atau malah sebaliknya.
Politik memang tidak pernah mengenal namanya hati nurani. Lembaga negara hanya di ibaratkanb sebuah perahu sanpan untuk mendayung pulau-pulau kepentingan elit. Lembaga yang dijanjikan sebgai penegak hukum tak dapat menjanjikan ketentraman dan ketenangan bagi gressroot dan akar rumput atau rakyat jelata. Polisi sama seperti tidak ubahnya seperti sebuah srigala yang hanya buas dan melawan hanya kepada rakyat. Tak ada kanyamanan dan ketenangan yang diberikan kepada masyarakat, malah menjadi dan menimbulkan permasalahan. Masyarakat menjadikan lembaga kepolisian sebagai musuh bersama. Polisi melihat masyarakat seperti kucing yang mengintai tikus. Polantas berkeliaran dijalan melihat peluang duit dari para pengendara kendaraan yang bisa dijebak dalam kesalahan.
KPK yang ditakuti oleh para koruptur akhirnya terjerumus juga pada perangkap kesalahan. Dan mengikuti alur kebiasaan para komprador birokrasi negara yang brobrok dan amburadul.
Peran pemerintah sebagai pelayan hanya sebagai jargon saja, tapi semua itu tidak seindah yang masyarakat bayangkan. Tapi pemerinbtah malah memberikan keresahan dan ketakutan pada masyarakat kecil. Penggusuran terjadi dimana-mana. Dengan dalih ketertipan dan keamanan. Dengan tidak malunya mereka lantang meneriakan negara ini negara yang maju, negara yang berhasil. Pembangunan yang berkembang, rakyat sudah tersejahterakan. Kata-kata manis ini hanya mimpi-mimpi belaka agar rakayt lelap dengan buaian janjin indah itu. Tapi mereka tidak melihat berapa banyak rakyat yang harus kehilangan pekerjaan karena penggusuran yang mereka lakukan. Anak-anak terlantar berhamburan dipersimpangan lampu merah untuk meminta demi untuk mencari makan hari kehari.
pengangguran dimana-mana yang harus membawa masyarakat kepada malapetaka. Meraka harus mati terinjak-injak demi untuk mendapatkan bantuan zakat. Kolom jembatan dan pemukiman kumuh menjadi indah dan nikmat karena kerana tidak ada tempat lain yang harus mereka tempati. Pembuangan sampah menjadi lahan yang subur untuk mencari lahan pekerjaan demi memnuhi kebutuhan hidupnya.
Aku teringat pada bait puisi yang pernah ditayangkan pada sebuah pelatihan
‘negeriku yang indah, negeriku yang ramah, negeriku yang aman, negeriku yang sejahterah, negeriku, negeriku yang yang maju”
Puisi ini memberkan makna betapa semua itu menjadi terbalik dengan kenyataan yang ada.
Kita akan melihat makna kalimat-kalimat diatas “negeriku yang indah” makan yang terkandung dalam kalimat ini menggambarkan bahwa pemandangan sampah yang ada dimana-mana. Orang-orang lapar beredaran dan bergelatakan dengan busung laparnya.
Kemudian kalaimat kedua “negerikun yang ramah “kalimat ini menggambarkan bahwa watak dari masyaarakat bangsa ini yang arogan dan tak peduli antara satu sama lainya. Dimana wanita tidak malu-malu lagi untuk mengumbar auratnya di depan umum. Anak-anak muda dengan tidak malunya melakukan hubungan yang tidak layak untuk dilkukan oleh oaring yang bukan pasangan suami isteri. Obkek wisata menjadi saksi adalah salah satu tempat yang menjadi saksi para pemuda untuk melakukan hubungan sek ciuman, minuman kera, disko, ataupun party bugil sekalipun.
Dalam kalimat ketiga pun terus menggambarkan kondisi betapa hancur dan buruknya bangsa ini. “negriku yang aman” bagaimana negeri ini bisa dikatakan aman setiap waktu media selalu menyangkan berita-berta criminal pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, penganiayaan. Berita ini manjadi santapan setiap hari bagi penggemar berita. Selain itu juga ada tambahan menu yang sering ditayangkan tentang tauran antra pelajar, gerakan pemberontakan (gerakan aceh merdeka, ripublik rakyat maluku, irian merdeka). Dan beberapa kasus tentang teroris. Semua itu terjadi sebnarnya karena banyak ketidak adilan yang dialami rakyat ini. adanya ketimpangan-ketimpangan yang diberikan oleh negara ini.

2 komentar:

Asri mengatakan...

panjang banget ka :) hehe tapi mantep lah :D

Porwanto mengatakan...

yo la.. disiapa dulu yang nulisnya

Posting Komentar

BlogRoll

  • Bizarre - What Bizarre ? well actually nothing bizarre, I just like the word, I checked my oxford pocket dict to recheck the meaning. *Bizarre /adj / very strange or ...
    10 tahun yang lalu
  • pahlawan di atas pahlawan - Banyak sekali tokoh-tokoh pahlawan yang kita kenal, sejak kita dibangku sekolah dasar sudah banyak sekali cerita tentang para pejuang yang mempertahanka...
    12 tahun yang lalu

Kamu Pengunjung Ke ..

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
humanis dan merindukan
AHLAN WA SAHLAN...BE FOR YOU MANJADDA WA JADDA

Cari Blog Ini